Penggusuran sebagai Dampak Kesalahan Manajerial Penataan Kota

Di tengah meriahnya hari ulang tahun Jakarta, ternyata Jakarta selalu bermasalah dalam tata ruang untuk menampung penduduk Ibu Kota. Jakarta merupakan kota terpadat di Indonesia. Data 2003 menunjukkan, penduduk Jakarta berjumlah 9 juta lebih dengan menempati lahan 650,40 km persegi (0,03% dari luas Indonesia). Artinya, kepadatan penduduk sekitar 13.838/km persegi. Kini, setelah tiga tahun berlalu, bisa dibayangkan kepadatan Jakarta.
Para pemerhati perkotaan di Indonesia dalam buku Politik Kota dan Hak Warga Kota; Masalah Keseharian Kota Kita memetakan permasalahan Jakarta dalam 10 permasalahan besar. Yakni antara lain, ruang terbuka hijau, angkutan umum, jalur lalu lintas, kriminalitas, banjir, dan lain sebagainya.
Permasalahan Jakarta tidak bisa dilepaskan dari faktor geografis serta sejarah. Jakarta sebagai wilayah berlatar kota pelabuhan, yang dekat dengan garis pantai, memiliki ciri yang khas sebagai kota pantai. Pergantian kekuasaan meninggalkan bentuk-bentuk struktur masyarakat maupun fisik kota yang berbeda.
Jakarta sebagai kota belum pernah direncanakan secara komprehensif. Seluruh tata kota berdasarkan tambal sulam, cenderung berorientasi proyek serta penuh campur tangan kepentingan modal yang berkoalisi dengan birokrasi. Contohnya dengan banyaknya permukiman semrawut dan sistem sanitasi yang ala kadar. Imbasnya, Jakarta selalu kekeringan di musim kemarau dan banjir di musim hujan sehingga wajar jika ada anggapan Jakarta memang tidak dirancang untuk Ibu Kota.
Berkaitan dengan sektor ekonomi, pedagang kecil dan kaki lima yang menjadi roda penggerak ekonomi warga, justru terpinggirkan oleh proyek pembangunan pusat perdagangan skala besar. Situasi itu memaksa pedagang kecil berjualan di bahu jalan dan kucing-kucingan dengan aparat tramtib karena ruang khusus untuk menampung mereka tidak disediakan secara memadai. Penggusuran demi pengusuran terus terjadi. Ketertiban dan keindahan Jakarta akan menjadi omong kosong di balik berbagai “proyek” penggusuran.
Jika kita mau menghitung secara rinci, berapa besar kerugian masyarakat akibat penggusuran tersebut. Berapa besar nilai uang jerih payah mereka “lenyap” seiring dengan robohnya tempat pemukiman mereka. Padahal, tidak jarang warga nekat menjual rumah dan tanha mereka di kampung  dengan harapn hidup di Jakarta .
Penggusuran yang terjadi tentu akan menimbulkan masalah- masalah lain. Antara lain meningkatnya kemiskinan, meningkatnya jumlah anak jalanan dan geladangan, serta masalah- masalah sosial lain yang dapat menimpa kehidupan sebuah keluarga.
First

1 comments:

Write comments
08:33 delete

Mantap bang, cocok jadi anggota dewan nih!

Reply
avatar