Kiat Kaya Ala Milyader Jogja

Era globalisasi membuat perubahan dalam tatanan kehidupan. Teknologi yang semakin berkembang menyebabkan perubahan nilai dan pola pikir setiap individu. Perkembangan teknologi yang pesat yang tidak disertai keahlian lebih menyebabkan lapangan pekerjaan menjadi semakin sempit. Hal ini menimbulkan tantangan tersendiri bagi seseorang untuk menumbuhkan jiwa kompetisinya. Untuk itu, seseorang sangat dituntut untuk bisa berfikir kreatif agar bisa tetap survive. Salah satu cara yang efisien dalam menghadapi tantangan bangsa adalah dengan berwirausaha. Kegagalan seseorang dalam bidang akademik tidak membuat seseorang tersebut jatuh dan terpuruk. Namun sebaliknya dengan membangun wirausaha orang tersebut bisa tetap bertahan bahkan dapat membuka lapangan kerja baru bagi ratusan ribu orang di dunia. Salah satu contoh orang yang berhasil dalam berwirausaha ini adalah bapak Purdi E Chandra. Beliau lahir di Lampung 9 September 1959.
Bapak Purdi ini, sudah mulai berbisnis sejak kecil yaitu semenjak ia duduk di bangku SMP di Lampung. Sejak kecil orang tuanya selalu mengajarkan kepada beliau untuk bisa hidup mandiri. Bisnis yang tidak resminya dimulai pada saat beliau duduk di bangku SMP dengan beternak ayam dan bebek kemudian menjual hasil ternaknya ke pasar. Bisnis resminya sendiri mulai ia dirikan pada tanggal 10 Maret 1982, yakni ketika ia bersama teman-temannya mendirikan Lembaga Bimbingan Test Primagama (kemudian menjadi bimbingan belajar). Saat memulai bisnisnya ia masih berstatus sebagai mahasiswa di 4 fakultas (psikologi, elektro, sastra inggris dan farmasi) dan dua Perguruan Tinggi Negeri (UGM dan IKIP) di Yogyakarta. Tekad ia berwirausaha ini berawal ketika ia merasa bahwa saat duduk di bangku perkuliahan ia tidak mendapatkan apa-apa kemudian ia bertekad untuk meninggalkan dunia pendidikan dan menggeluti dunia bisnis. Menjadi wirausaha yang handal memang tidak mudah, jalan yang dilaluinya pasti berkelok dan bertebing. Hal serupa juga dialami oleh bapak Purdi yang gagal meraih gelar sarjana tetapi bukan berarti gagal meraih cita-cita. Karena hal inilah yang memotivasi bapak Purdi menjadi pengusaha, dengan modal dari hasil melego motornya seharga 300 ribu rupiah, ia mendirikan Bimbel primagama dengan menyewa tempat kecil dan disekat menjadi dua. Awalnya muridnya hanya dua, namun dengan segala upaya yang dilakukan bapak Purdi dua tahun kemudian muridnya menjadi banyak. Setelah sukses, banyak lembaga lain yang meniru primagama kemudian beliau membuat inovasi baru. Inovasi yang dikembangkannya yaitu, sistem franchise atau waralaba (pemberian hak pada seseorang, dalam penggunaan merek untuk menjalankan usaha dalam kurun waktu tertentu). Akibatnya, sekarang primagama mempunyai cabang di seluruh kota di Indonesia. Selain itu, sekarang primagama sudah menjadi Holding Company yang membawahi lebih dari 20 anak perusahaan di berbagai bidang seperti: pendidikan formal, pendidikan non-formal, telekomunikasi, biro perjalanan, rumah makan, supermarket, asuransi, meubelair, lapangan golf dll.
Kesuksesan yang saat ini diraih oleh bapak Purdi tak lain berkat bantuan dan dukungan dari sang istri. Ada lima hal yang selalu ditanamkan oleh ia, katanya keberanian adalah salah satu modal wirausaha yakni harus berani mimpi, berani mencoba, berani merantau, berani gagal dan berani sukses. Gagal dan berhasil adalah dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Masalahnya bukan terletak pada kegagalannya tetapi disini yang harus ditekankan adalah bagaimana menyikapi sebuah kegagalan yang penting. Bagi bapak Purdi, pengalaman gagal dapat dipergunakan untuk menemukan kekuatan baru agar bisa meraih kesuksesan kembali. Dalam menghadapi kegagalan ia selalu positif thinking, ia beranggapan bahwa dibalik kekalahan dan kegagalan pasti ada hikmah yang diterimanya sehingga ia tidak pernah putus asa. Selain itu, ia mempunyai resep manjur bagi yang ingin berwirausaha, yaitu BODOL, BOTOL dan BOBOL.
BODOL merupakan kepanjangan dari Berani, Optimis, Duit dan Orang lain. Resep ini digunakan apabila ada orang yang ingin membuka usaha tetapi bingung karena tidak mempunyai modal. Dalam bisnis diperlukan keberanian dan rasa optimis. Jika tidak punya uang tidak ada salahnya pinjam duit orang lain. Pasti ada orang yang mau membiayai bisnis yang akan kita jalankan jika memang prospektif. Kalau kita punya duit dan modal tapi tidak ahli di bidang bisnis, gunakan jurus BOTOL yaitu Berani, Optimis, Tenaga dan Orang Lain. Jika kita mempunyai modal maka kita serahkan saja pada yang ahli di bidangnya sehingga bisnis tetap berjalan. Pendeknya kita tak harus menggunakan tenaga sendiri untuk menjalankan bisnis. Resep terakhir adalah jurus BOBOL yaitu Berani, Optimis, Bisnis dan Orang Lain. Hal ini dikeluarkan jika ide bisnis pun tak ada maka kita dapat meniru bisnis orang lain. Ibaratnya, bisnis adalah seperti masuk ke kamar mandi yaitu dengan tidak banyak berpikir. Jika di kamar mandi airnya kurang hangat, semua bisa diatur hingga sesuai dengan keinginan kita.
Ada hal yang bisa dipetik dari kisah ini, yaitu “kita harus selalu instropeksi diri dan evaluasi diri, jangan sampai ketika kegagalan dan kekalahan menghampiri kita terus marah-marah dan menyalahkan orang lain”. Hal ini dinamakan Locus of Control yang ada dalam diri kita haruslah yang internal yaitu melihat setiap kejadian yang tidak sesuai dengan keinginan kita merupakan kesalahan yang ada di dalam diri kita sendiri dan haruslah kiat memperbaiki diri kita agar menjadi orang yang lebih baik serta tidak mengulangi kesalahan untuk kedua kalinya. Kunci utama untuk menjadi seorang entrepreneur adalah pantang menyerah dan kreatif serta mampu menyediakan apa yang diinginkan oleh masyarakat. Selain itu, seorang entrepreneur juga harus mampu melihat peluang yang ada dan mampu mengambil resiko yang akan dihadapi karena seorang entrepreneur adalah seorang pemikir. Jadi mulailah pada saat ini kita mengembangkan jiwa entrepreneur agar hidup kita dapat bermanfaat untuk orang lain.
Ditulis oleh : Ary Rahmawati, Sri Maryati, Hidayat Syarifuddin, Christin Haryati, Novida Nurmayanti
Previous
Next Post »